Diposting oleh agus sucipto

Perang Tarif Bisnis Selular
Yusuf Karim, Kontributor INILAH.COM
Perang tarif gila-gilaan terjadi di bisnis telekomunikasi nasional.
(Istimewa)

INILAH.COM, Jakarta – Perang tarif gila-gilaan terjadi di bisnis telekomunikasi nasional. Semua operator melakukan stretegi mengakusisi pelanggan baru. Upaya apa yang mereka lalukan untuk mempertahankan konsumen yang sudah didapat?

Iklan XL yang gencar ditayangkan di televisi dan dipajang di sudut-sudut kota adalah tarif Rp 600 sampai puas. Tak mau kalah, Indosat dan Telkomsel memberikan iming-iming yang sama. Yakni tarif termurah. Sehingga terjadilah perang tarif yang membuat biaya percakapan telepon jauh lebih murah dibandingkan kondisi dua tahun lalu.

VP VAS & New Business dari Excelcomindo Pratama (XL) I Made Harta Wijaya menyebutkan bahwa pihaknya sudah melakukan penurunan tarif. ” Tarif kami selalu turun tiap tahunnya. Dari tahun lalu saja kami telah menurunkan 39 persen tarif kami,” katanya kepada INILAH.COM beberapa waktu lalu.

Perang tarif murah akan terus terjadi dan mungkin semakin sengit jika penurunan biaya interkoneksi mulai diimplementasikan per 1 April 2008. Menurut Ketua Komite Nasional Telekomunikasi Indonesia (KNTI), Srijanto Tjokrosudarmo, saat ini operator telekomunikasi mengambil margin keuntungan sekitar 60 sampai 70% dari pelanggan. Hal ini berdasarkan pada penawaran interkoneksi yang diberikan operator tahun lalu.

Interkoneksi yang ditawarkan untuk panggilan lokal adalah Rp361, sedangkan untuk panggilan jarak jauh adalah Rp471. Jika angka itu yang digunakan, panggilan lintas operator sewajarnya sekitar Rp1.000 per menit dan panggilan ke sesama pelangggan operator sekitar Rp400 per menit.

Namun, kenyataan di lapangan operator menetapkan tarif lintas operator hingga Rp3.000 per menit dan ke sesama pelanggan mulai Rp600 hingga Rp1.500 per menit. ”Ilustrasi ini mencerminkan operator telah mengambil marjin terlalu tinggi,” jelasnya.

Karena itu, jika semua operator sudah menggunakan startegi tarif termurah untuk mengaet pelanggan, maka mereka mulai mengencarkan Value Added Services (VAS) untuk mempertahankan jumlah pelangan.

”Peranan VAS adalah agar pelanggan stay (tetap memilih operator seluler yang bersangkutan). Karena layanan tersebut membuat pelanggan merasakan benefit dari operator yang mereka gunakan. Selain dari tarif murah, juga dapat value lain yang banyak,” ulas General Manager VAS PT Hutchison CP Telecommunications, Patricia Tedjasendjaja.

Seperti yang diberikan oleh 3 (Three). Menurut Patricia sejak dilucurkan pada tahun lalu, mereka sudah memberikan fasilitas 3G (generasi ketiga) pada pelanggannya. 3 langsung memberikan beberapa layanan tambahan seperti SeeMe Video Chating maupun Video Blog.

Sementara salah satu layanan tambahan dari Telkomsel adalah Kartu As Chatbox. Yakni layanan chatting sepuasnya melalui SMS dengan biaya murah.

”Kini dengan hadirnya Kartu As Chatbox, pelanggan dapat ber-chatting ria lewat ponselnya kapan pun dan di mana pun. Hal ini tentunya menjadi solusi bagi chatters,” ungkap Manager Corporate Communications Telkomsel, Suryo Hadiyanto.

Beda dengan 3 dan Telkomsel, Indosat meneruskan Poin Plus Plus 2008 yang masuk ke tahun keduanya. Meski program yang pertama kali digeber pada 29 Agustus 2006 itu memberikan beban usaha tambahan terhadap keuangan perusahaan. ”Program itu merupakan wujud apresiasi kami dan terima kasih kami atas kesetiaan pelanggan dalam menggunakan produk-produk Indosat,” ungkap Group Head Integrated Marketing Indosat, Fuad Fachroeddin.

Menurutnya, sejak diluncurkan, peminat program tersebut makin lama makin banyak. Hasil signifikannya terlihat melalui rating pelanggan yang melakukan cek poin maupun redemption hadiah langsung. ”Hingga kemarin sekitar 45% pelanggan Indosat menggunakan cek poin. Trafik ini paling tinggi,” tutur Fuad. Per September 2007, Indosat memiliki 22.026.590 pelanggan.

Untuk mengelar program tersebut, biaya yang dikeluarkan Indosat terbilang tidak sedikit. Berdasarkan keterbukaan informasi yang diberikan perseroan, untuk melakukan iklan program tersebut di koran-koran utama, TV, media luar ruang, majalah, direct mail, hingga penjualan silang dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan lain, beban pemasaran terhadap pendapatan perseroan meningkat.

Dari 3,1% di 2005 menajdi 3,8% di 2006. Dan per 30 September beban pemasaran terhadap pendapatan emiten sudah membengkak menjadi 4,3%. Pada periode tersebut, beban pemasaran Indosat secara total adalah Rp 108,9 miliar. ”Program ini membuktikan Inosat tidak hanya berupaya menambah jumlah pelanggan, namun juga memberi nilai lebih bagi pelanggan yang sudah ada,” tandasnya.

Indosat juga melakukan kerjasama dan uji coba layanan Dompetku. Sebuah program yang merupakan jasa pembayaran dan pembelian barang dari merchant tertentu yang telah menjadi rekanan Indosat melalui ponsel dengan menggunakan kartu seluler Indosat. Penandatanganan kerjasama layanan Dompetku dilakukan antara Indosat dengan Kopindosat, jaringan mini market Alfamart, Asuransi Bintang dan Bank Danamon. [I4]

Powered By Blogger